Sabtu, Desember 27, 2008

Winfall VS Wipe Out

Paradigma Investasi Memotret Perilaku Akademisi

Sosok Pak Sanimin, guruku SD disalah satu SD Inpres di Malang Selatan, merupakan sosok yang sulit terlupakan. Dalam pendidikan formal, beliau-lah guru saya yang pertama. (tentang wafat-nya Pak Sanimin pernah saya tulis di weblog ini). Suatu hari, dalam pelajaran Kesenian, beliau pernah menyuruh saya dan teman-teman sekelas untuk mengambar sederhana dengan cara N-G-E-B-L-A-D.

"Bocah-bocah! Sekarang ayo kita menggambar!"
"Hore….. menggambar apa Pak?!"
"Ayo kita bikin uang!"
"Hore….. hore….. Kita bikin uang!!" teriak teman sekelas serempak kegirangan.
Dalam persepsi saya saat itu, begitu "uenak-nya" bisa bikin uang sendiri. Hore!!
"Kita sekarang membuat uang dengan cara sederhana, yaitu N-G-E-B-L-A-D!!, ambil uang logam seratus perak!"
Kami semua sibuk mencari-cari uang di saku kami. Ada yang menemukan uang seratusan, lima puluhan, dua puluh lima-an dan sepuluh-an.
"Pak Guru, saya cuma punya uang sepuluh rupiah saja?! Boleh Pak?!"
"Boleh!… tidak apa-apa!"
"Letakkan uang dimeja dan taruh kertas putih diatasnya!"
"Sudah Pak!"
"Terus arsir uang itu dengan pensil!"
"Hore… aku punya uang!! Aku bisa bikin uang!! Hore!! Hore…!"
Begitu senangnya, terlebih saat kami mulai mengunting "uang" itu.
"Hore… cuma N-G-E-B-L-A-D dapat uang!! Hore!!! Hore!!!
????

Winfall dan Wipe Out merupakan dua istilah yang sering dipakai dalam dunia investasi di pasar keuangan. Winfall adalah keuntungan tiba-tiba atau keuntungan yang tidak terduga yang diterima oleh investor atas instrumen keuangan yang telah dibelinya (unexpected profit). Sedangkan Wipe Out ialah kondisi dimana investor mengalami kerugian yang tidak terkira besarnya (unexpected loss). Kedua istilah ini, tampaknya relevan secara konteks jika digunakan untuk memotret perilaku sedikit akademisi kita.

Salah satu tugas dalam tri dharma seorang akademisi adalah melakukan penelitian. Pemerintah telah memfasilitasi dana bagi akademisi untuk melakukan dharma bhaktinya ini. Pada tahun 2009 telah dianggarkan dana sebesar Rp.1.2 triliun bagi kegiatan penelitian dalam bentuk hibah kompetitif penelitian.(Kompas, 13/12). Dana yang relatif besar ini akan digunakan untuk membiayai penelitian sebanyak 10.000 proposal penelitian yang sesuai dengan agenda riset nasional.

Dana yang besar ini merupakan insentif bagi akademisi untuk berkarya secara kreatif dan berkontribusi dalam pencarian solusi bangsa melalui penelitian. Penyikapan terhadap besaran dana ini oleh setiap akademisi tentulah beragam. Ada yang berpendapat bahwa hal ini merupakan peluang ekonomi-finansial yang menggiurkan dan ada pula yang berpendapat ini merupakan kesempatan untuk mencari jawab atas intellectual curiosity-nya. Dalam tataran praktis, sinergi atas dua penyikapan itu adalah kondisi yang mayoritas. (maaf, hanya justifikasi subjektif penulis). Tetapi sinergi ini adalah wajar dan sah jika dilandasi oleh etika akademik, norma dan perundangan-undangan yang berlaku.

Akses dana hibah kompetitif penelitian jika dipandang sebagai "oase pendapatan semata" tanpa memedulikan etika akademik, norma dan perundang-undangan kemungkinan akan berimplikasi terjadinya kecurangan (fraud) dalam proses diawal sampai diakhir. Benturan antara dorongan konsumsi dan dorongan ke-ingintahu-an intelektual peneliti, jika tidak dikelola dengan bijak akan menimbulkan masalah, bagi dirinya maupun institusinya. Besarnya dorongan komsumsi (financial driven) yang melatari akademisi melakukan penelitian merupakan ancaman bagi integritas, kredibilitas dan profesionalitas akademisi.

Technically Strong Market
Merupakan istilah investasi untuk menyebut sebuah kondisi dimana pasar keuangan mengalami peningkatan volume perdagangan yang tinggi disertai dengan peningkatan harga instrumen keuangan. Jika istilah ini direfleksikan dalam konteks bahasan ini maka kondisi yang technically strong market merupakan kondisi dimana terdapat peningkatan proposal penelitian yang diajukan oleh akademisi dan disertai dengan peningkatan kualitas usulan, baik kualitas substansial maupun kualitas setiap tahapan proses yang dijalankan. Kondisi ini merupakan situasi yang ideal!. Untuk membangun kondisi ideal ini dapat terwujud memang diperlukan langkah-langkah strategis bagi seluruh stakeholder pendidikan tinggi.

Technically Weak Market
Merupakan istilah investasi untuk menyebut sebuah kondisi dimana pasar keuangan mengalami peningkatan volume perdagangan yang tinggi tetapi disertai dengan penurunan harga instrumen keuangan. Makna ini jika dipinjam dalam konteks bahasan kita adalah sebuah kondisi dimana antusias akademisi untuk mengajukan proposal penelitian tinggi tetapi tidak didukung dengan kualitas yang baik pula, baik substansial maupun non-substansial. Kondisi ini merupakan kondisi yang harus segera mendapatkan porsi kebijakan pembenahan. Karena kalau tidak maka akan memiliki dampak yang signifikan bagi integritas, kredibilitas dan profesionalitas akademisi dan institusi-nya.

Forgery dan Dinamiter Akademisi
Kedua istilah ini juga merupakan istilah yang terdapat dalam dunia investasi. Forgery atau pemalsuan adalah istilah untuk menyebut investor yang mengubah dokumen atau tanda tangan dengan tujuan memalsukan dan merugikan orang lain. Proposal penelitian yang didorong oleh semata karena dorongan komsumsi (financial driven) akan membuka peluang bagi akademisi untuk melakukan forgery ini. Tindakan itu merupakan sebuah tindakan yang tidak akademis bahkan sudah masuk kualifikasi kriminal. Untuk itu langkah tegas perlu dilakukan bagi otoritas yang berwenang. Otoritas harus proaktif menyikapinya tanpa harus menunggu pengaduan/laporan dari pihak yang dirugikan. Jika otoritas hanya bersifat reaktif, maka nuansa terlambat akan sangat terasa. Apakah tindakan forgery ini riil ada disekitar kita? Andapun pasti tahu jawabannya!.

Dinamiter adalah sitilah untuk menunjuk pialang yang sengaja menjual instrumen keuangan yang tidak terdaftar di Bapepam-LK. Dinamiter inipun sering dimaknai sebagai P-E-N-I-P-U. Tidakkah masuk kualifikasi penipuan jika seorang akademisi yang melakukan penelitian telah melakukan pemalsuan dokumen dan mengakui secara legal bahwa karya orang lain sebagai karyanya sendiri? Pastilah semua sepakat dia PENIPU. Dalam perspektif normatif, jika tidak ada orang lain yang merasa (baca: tidak tahu telah ditipu!) maka sebenarnya ia adalah PENIPU bagi dirinya sendiri. Jika sifat seperti dinamiter ini telah meracuni akademisi maka hal itu bukan berada dalam tataran etika akademik lagi, tetapi sudah dalam tataran yuridiksi hukum. Apakah tidakan dinamiter ini riil ada disekitar kita? Andapun pasti dengan lantang akan menjawabnya.

Winfall VS Wipe Out
Tindakan forgery dan dinamiter tadi yang sangat mungkin telah dilakukan oleh sebagian kecil akademisi akan menimbulkan dampak negatif bagi institusi dan diri akademisi itu sendiri. Tetapi dalam tataran praktis ada dua kemungkinan kondisi yang mungkin muncul atas perilaku itu, yaitu winfall dan wipe out. Dua kondisi yang bertolak belakang, dengan kesamaan dalam proses yang tidak memedulikan integritas, kredibilitas dan profesionalitas akademisi serta melalaikan etika akademik, norma dan perundang-undangan yang berlaku.

Winfall
Jika tindakan forgery dan dinamiter yang telah ia lakukan tidak diketahui, maka akan lahirlah kondisi dimana ia akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar secara ekonomi-finansial. Tanpa pengorbanan (tidak banyak mengeluarkan faktor produksi) ia akan memperoleh keuntungan yang besar, tidak terkira dan tidak terduga-duga. Kondisi inilah yang disebut dengan winfall profit. Pemalsuan dan penipun merupakan faktor produksi dominan yang ia pergunakan untuk memperoleh keuntungan itu. Kondisi winfall yang sering ia dapatkan dengan cara forgery dan dinamiter, tentunya akan secara kausalitas akan terus menerus ia lakukan dengan berbagai media yang lain. Untuk itu, otoritas harus bersikap tegas. Bagaimanapun juga jika kondisi ini dibiarkan akan menjadi preseden yang tidak baik!

Wipe Out
Kondisi ini merupakan kondisi terbalik dari winfall. Jika tindakan forgery dan dinamiter itu ketahuan, maka akan lahir kondisi dimana akademisi yang tuna integritas, kredibilitas dan profesionalitas itu akan terjerambab jatuh dalam sekejab. Habislah semua! Dalam dunia investasi juga ada istilah "Fallen Angel" yaitu harga saham perusahaan yang bonafide dan terkenal langsung anjlok sampai ke dasar jurang!. Habislah semua! Malaikat-pun jatuh!! Batu-bata yang disusun satu demi satu dan ketika sudah akan selesai, bangunannya roboh! Tragis! dan Memilukan!!.
Kita pilih yang mana? Winfall atau Wipe Out? Terserah anda semua memilih…

Alex Ferguson yang sudah puluhan tahun melatih Manchester United (MU) pernah mengatakan "There is No Bigger Power Than Hope". Mari kita memantik harapan agar kita tidak pernah mengalami Wipe Out dan tidak berperilaku yang tak memedulikan etika akademik, norma dan perundang-undangan dan menyalakan harapan agar kita dapat selalu berada dalam track akademisi yang ber-integritas, punya kredibilitas dan profesionalitas. Semoga!! Sekali lagi "There is No Bigger Than Hope". Entahlah…. Jika masih ada yang berharap….. "Tidak Ketahuan" F-O-R-G-E-R-Y dan D-I-N-A-M-I-T-E-R-nya!! Pilihan selalu menuntut konsekuensi kawan!!! Spekulasi selalu berisiko!!!

Setelah pensiun, Pak Sanimin membantu istrinya yang berjualan rujak cingur persis di selatan Pom Bensin di daerah Bantur Malang Selatan (sampai saat ini masih ada, jika anda wisata ke Balaikambang, silahkan mampir!!). Ketika aku mengunjunginya, teringat rentetan nasehat yang terlontar dari beliau.
"Kerjo sing ati-ati Su!"
"Inggih Pak"
"Ojo ngrusa-ngrusu!"
"Inggih Pak"
"Sing sregeb lan tekun!"
"Inggih Pak"
"Ojo iri drengki marang liyan!"
"Inggih Pak"
"Ojo seneng nggethung rejekine liyan!"
"Inggih Pak"
"Ojo gumunan!"
"Inggih Pak"
"Ojo sombong lan angkuh marang liyan!"
"Inggih Pak"
"Sing sopan lan andhap asor!"
"Inggih Pak"
"Sing iso menehi tulodho marang murid!"
"Inggih Pak"
"Ojo rokok-an!"
"Ing….. insya allah Pak!"
Mungkin jika Pak Sanimin tahu, beliau pasti menasehati:
"Ojo N-G-E-B-L-A-D karyane liyan!"
"Ing….. insya allah Pak!"
(Ketika tulisan ini kuceritakan pada Lik Mo, komentarnya cuma satu, nylekit sisan, OJO SOK KOEN CAK!!! URIP IKU AKEH GAK MESTHINE!!)
????

Tidak ada komentar: