Sabtu, Desember 27, 2008

Menyambut Annus Horribilis 2009

Joglo Dau merupakan sebuah tempat makan yang nyaman di Malang. Ia tidak hanya menawarkan makanan aneka macam tetapi juga keasrian dan keanggunan bangunan. Libur Natal ini, saya berkesempatan mengunjunginya. Sebuah pemenuhan atas undangan yang disampaikan oleh seorang kolega kantor. Tiga belas kolega kantor yang lain juga berkesempatan menghadiri undangan itu. Obrolan-pun meluncur seperti jet coaster, turun naik, ke kanan ke kiri, ke atas ke bawah, curam landai .... mendebarkan... menyenangkan!

Ditengah laju jet coaster obrolan, aku teringat kejadian saat Lik Mo kuajak makan di Joglo Dau ini, beberapa waktu yang lalu.
"Cak Su, wong sugih iku pancen nganeh-nganehi tenan!" katanya.
"Nganeh-nganehi, bagaimana to Lik?"
"Lihat itu! Ternyata orang kaya kalau makan itu tidak hanya butuh wareg!"
"Kok iso?!"
"Wareg kethoke nomer tujuh belas, mereka butuh pengakuan!"
"Pengakuan apa to Lik, sing aneh itu ya sampeyan itu, bukan mereka!"
"Mangan itu butuhe kan mung wareg to Cak?!"
"Ora Lik… wis beda sekarang!,apa yang dimakan, cara makan, tempat makan dan dengan siapa mereka makan, terkadang bisa menentukan siapa sebenarnya mereka!"
"Lha.. itu anehnya!"
"Ora aneh Lik!"
"Sampeyan itu mbingungi Cak, jan mbingungi!! Sak jane atine sampeyan iku setuju dengan pendapatku, tapi sampeyan isin!, malu!!. Mosok dosen kok nyetujoni pendapat wong goblok!!, atine sampeyan wis keno santet sombong Cak!!"
"Wis Lik, gak usah ngajak geger!"
"Ojo dumeh Cak Su, ojo dumeh!!!, urip iku akeh gak mestine timbang mestine!!!"
????

Ketidakpastian itu mahal. Tahun 2009 merupakan tahun yang penuh ketidakpastian. Imbas krisis yang semakin mengganas serta skedul politik berupa pemilu legislatif dan pemilu presiden semakin memperlebar ketakpastian itu. Kondisi ketidakpastian itu harus dihadapi dengan modal yang saat ini kita punya. Dalam bidang ekonomi, kondisi ekonomi 2008 merupakan base line untuk menyongsong tahun 2009 dengan segala macam tantangan dan peluang yang menyertainya. Annus Horribilis, tahun yang menyeramkan!!.

Kemanakah kita menempatkan diri kita? Dalam "gelas" optimis atau "kubangan" pesimis. Salah seorang investor ternama AS pernah mengatakan bahwa optimisme itu selalu dibutuhkan untuk menciptakan peluang. Katanya "Opportunity is optimism with a plan creatively applied to the future". Sehingga untuk menyambut tahun yang penuh dengan ketidakpastian ini dibutuhkan optimisme dengan rencana kreatif untuk mengatasinya. Tidak hanya sekedar optimis tetapi juga harus kreatif menyusun rencana dan harus pula kreatif meng-implementasi-kan rencana. Disinilah peluang itu akan lahir.

Tahun 2009, setidaknya kondisi ekonomi kita akan menghadapi 3 tantangan yang berasal dari imbas krisis keuangan global, yaitu Pertama, penurunan investasi langsung/FDI (foreign direct investment). Penurunan FDI ini disebabkan oleh kelangkaan likuiditas di pasar keuangan dunia, infrastuktur investasi kita yang belum maksimal mendukung, perlambatan ekonomi dunia dan ekspektasi investor yang (masih) negatif. Hal ini diperparah pula dengan agenda politik, pemilu legislatif dan pemilu presiden. Kedua, permintaan eksternal yang menurun. Perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia menyebabkan kuantitas barang/jasa yang bisa diserap oleh pasar dunia juga mengalami penurunan. Sehingga volume ekspor kita juga mengalami penurunan. Disisi lain, disamping volume ekspor yang menurun, nilai ekspor juga mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh kondisi penurunan harga-harga komoditas ekspor. Penurunan yang disebabkan oleh adanya excess supply di pasar internasional atas barang/jasa yang ditawarkan. Ketiga, penurunan daya beli (purchasing power) masyarakat. Daya beli yang menurun ini, bukan semata disebabkan oleh inflasi (karena inlasi sudah relatif menurun) tetapi lebih disebabkan oleh penurunan pendapatan masyarakat. Bagaimana pendapatan tidak turun, jika ekonomi berjalan lambat dan besar kemungkinan akan ada PHK massal yang bakal terjadi. Beragam tantangan yang kompleks!.

Struktur APBN 2009
Wacana pemerintah dan DPR untuk segera merubah asumsi makro ekonomi dalam APBN 2009, perlu untuk segera dilakukan. Perubahan asumsi yang lebih realistis akan memberikan dampak terhadap kepercayaan dan keyakinan pelaku-pelaku ekonomi. Kepercayaaan dan keyakinan itu bisa dibentuk dengan persepsi, dan sebuah persepsi dalam bidang investasi bersifat "more powerfull than reality".

Jika menenggok struktur APBN 2009, besaran defisit APBN adalah sebesar 1% dari PDB (Produk Domestik Bruto) atau senilai Rp. 51 triliun. Kebijakan memperlebar atau mempersempit defisit akan mempengaruhi aktivitas ekonomi keseluruhan. Secara teori dikatakan bahwa dalam kondisi dimana kinerja pertumbuhan ekonomi menurun/melambat maka kebijakan defisit anggaran yang besar merupakan insentif yang baik. Tampaknya kebijakan untuk memperlebar defisit ini akan akan dilakukan oleh pemerintah dengan syarat, defisit yang besar itu dapat mengenjot pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan tarah hidup masyarakat serta tidak meningkatkan pengeluaran konsumtif masyarakat. (Kontan, 26/12).

Bagaimana defisit 1% (dari PDB) itu bisa terjadi? Dalam APBN 2009 disebutkan bahwa total belanja negara adalah sebesar Rp. 1.037 triliun. Sedangkan pendapatan negara "hanya" sebesar Rp. 985.72 trilun, dan dari jumlah ini yang dikontribusikan oleh penerimaan pajak sebesar Rp. 725.84 triliun atau sebesar 73.63%. Pajak masih merupakan primadona pos penerimaan negara. Target sebesar itu, tentunya, akan dilakukan dengan cara intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dengan mempertimbangkan kepentingan aktivitas investasi dan ekonomi secara umum.

Selanjutnya, bagaimana defisit ini bisa di-tambal? Sebenarnya terdapat 2 hal yang bisa dilakukan untuk menutup defisit APBN, yaitu: penghematan belanja APBN dan mencukupi belanja APBN dengan hutang. Jika alternatif pertama yang dipilih akan menimbulkan dampak yang kontra-produktif bagi aktivitas ekonomi. Ditengah kondisi dimana pertumbuhan ekonomi mengalami pelambatan maka sulit ditemukan stimulus ekonomi baru selain defisit APBN. Sehingga penghematan APBN merupakan pilihan yang tidak cocok dengan situasi saat ini. Maka kebijakan memperbesar belanja dengan hutang adalah solusi yang mampu memberikan stimulus ekonomi dalam kondisi saat ini.

Meskipun demikian, pengawasan atas penggunaan anggaran agar tepat sasaran perlu dilakukan. Hal ini untuk mendorong tercapainya kebijakan defisit sebagai salah satu stimulus aktivitas ekonomi. Pemerintah saat ini tengah menjajaki utang sebesar US $ 6 miliar (setara dengan Rp. 72 triliun dengan kurs Rp. 12.000/US $) dari ADB (Asian Development Bank, Jepang, Perancis dan Australia). Disamping telah tercapai komitmen dengan Bank Dunia dalam bentuk utang yang bersifat stanbyloan. Itulah harga yang harus dibayarkan untuk stimulus pertumbuhan ekonomi kita saat ini.

Inflasi, Kurs Rupiah dan BI Rate
Inflasi dan kurs rupiah terhadap mata uang asing keberadaannya ditentukan oleh mekanisme pasar. Artinya bahwa interaksi pasar dalam koridor "Hukum Permintaan dan Penawaran" terhadap barang dan jasa akan menentukan tingkat inflasi, dan interaksi pasar dalam koridor "Hukum Permintaan dan Penawaran" terhadap uang rupiah dan valas akan menentukan tingkat kurs rupiah terhadap valas. Interaksi ini bisa diredam dengan kebijakan fiskal dan kebijakan moneter secara konvergen.

Sedangkan BI Rate, nilainya bersifat given dari sebuah kebijakan bank sentral sebagai hasil keputusan RDG (Rapat Dewan Gubernur) BI. Nilai yang given ini ditentukan setelah melihat kondisi dan kebutuhan ekonomi saat itu. Bi Rate sebagai salah satu kebijakan moneter dapat mempengaruhi besaran nilai inflasi dan kurs rupiah terhadap valas.

Bagaimana kondisi inflasi, kurs rupiah dan BI Rate saat ini? Mampukan sebagai modal yang bermakna positif dalam menyambut sengkarut ekonomi tahun 2009?
Inflasi telah mengalami penurunan yang relatif signifikan. Penurunan ini merupakan signal yang baik bagi perekonomian. Dengan adanya penurunan inflasi maka masyarakat dengan penghasilan tetap atau investor yang menanamkan dana pada instrumen berpendapatan tetap nilai uang atau daya beli uang (purchasing power)-nya tidak mengalami penurunan. Penurunan inflasi kali ini lebih disebabkan oleh pengaruh perlambatan ekonomi dan turunnya beberapa harga komoditas (misal: minyak!). Meskipun besaran inflasi melebihi level 1 digit (10%) pada tahun 2008, diperkirakan angka itu akan menurun dan berada dalam rentang 1 digit (dibawah 10%) pada tahun 2009. Kondisi ini adalah modal yang baik.

Kurs Rupiah tetap berfluktuasi tetapi secara moderat pergerakannya berada pada kisaran Rp. 11.000/US $. Stabililisasi kurs rupiah relatif lebih diperlukan daripada sekesar apresiasi. Dalam tataran teknis, stabilisasi kurs rupiah menyebabkan mudahnya membuat perencanaan dan proyeksi bagi para pelaku ekonomi. Dan dalam tataran substansi stabilisasi akan mempersempit ruang gerak spekulasi, insentif bagi aktivitas ekspor karena produk kita relatif "murah" dengan kondisi kurs mata uang yang lemah dan secara tidak langsung akan membatasi komsumsi terhadap barang-barang impor. Penekanan pada aspek stabilisasi merupakan sebuah keniscayaan.

Dengan paparan sederhana diatas, tampaknya tahun 2009 tidaklah sepenuhnya gelap. Tergantung bagaimana menyalakan cahaya, karena sumber cahaya tidaklah tiada. Tetapi ada pada diri kita. Dan tentunya, memilih cahaya yang tidak mengerahkan dan membakar merupakan kebijakan bijak yang harus dilakukan. Tidak sekedar cahaya yang spekulatif dan berisiko. Jika cahaya tidak menyala, maka teriaklah "T-O-L-O-N-G.... T-O-L-O-N-G !!! Itulah prinsip dasar dari sebuah penyelamatan diri. Akankah kita meminta "ditolong" IMF lagi? Ataukah kita mampu menolong diri kita sendiri. Nyalakan cahaya!!

Setelah kejadian "gegeran" antara aku dan Lik Mo di Joglo Dau beberapa waktu yang lalu. Lik Mo kembali menelepon.
"Assalamu’alaikum Cak Su!"
"Waalaikum salam Lik, ada apa Lik?!"
"Cak Su!, tahun 2009 mesti ajur!"
"Lho...piye to sampeyan ini Lik. Katanya urip iku akeh gas mestine timbang mestine?!"
"Nesu... Purik yo?! Gimana dosen kok purik-an!!"
"Ancen!!".
"Tahun 2009 iku Cak, gawat!! Krisis dan pemilu sisan!"
"Terus?!"
"Menurut sampeyan Cak, pemimpin yang cocok untuk tahun 2009 itu yang Laku Hambeging Candra atau Laku Hambeging Dahana?"
"Opo iku Lik?"
"Kalau Laku Hambeging Candra itu maksudnya pemimpin itu harus memberi penerangan yang menyejukkan seperti bulan, bersinar terang benderang namun tidak panas!"
"Kalau Laku Hambeging Dahana, iku piye?"
"Laku Hambeging Dahana itu maknanya pemimpin itu harus tegas seperti api yang sedang membakar. Namun pertimbanganya berdasarkan akal sehat yang bisa dipertanggungjawabkan sehingga tidak membawa kerusakan di bumi!"
"Lha... lapo sampeyan ngurus pemimpin Lik! Katanya G-O-L-P-U-T!!"
"Nesu...! Purik ...!! Nesu...!! Ora njamani Cak, ono dosen kok purik-an, nesu-an!!, urip iku sing Amemangun Karyenak Tyasing Sesama".
"Opo maneh iku?!"
"Membuat orang lain senang lewat tutur kata, senyum manis, salam hormat, sopan santun, andhap asor dan entengan!!"
"Gayamu Lik... mbagusi!!"
???
(Catatan: arti Laku Hambeging Candra, Laku Hambeging Dahana dan Amemangun Karyenak Tyasing Sesama diambil dalam Javanese Encyclopedia di www.putripandanwangi.blogpot.com).

Tidak ada komentar: