Wisuda dan Noblesse Oblige
(Selamat Kepada Wisudawan)
(Selamat Kepada Wisudawan)
Hari ini Universitas Negeri Malang (UM) menyelenggarakan hajatan wisuda semester gasal 2007/2008. Lebih dari 1000 ahli madya, sarjana, magister dan doktor akan diwisuda dalam sidang senat terbuka yang dipimpin oleh rektor.
Kepada para wisudawan, saya mengucapkan "Selamat Atas Keberhasilan Menyelesaikan Jenjang Pendidikan, Mudah-Mudahan Barokah". Tentulah keberhasilan ini wajib untuk disyukuri serta diberi pemaknaan yang bijak. Momen wisuda bisa digunakan sebagai "pintu keluar" untuk memasuki dan mengemban tanggung jawab baru yang lebih besar dan luas.
Wisuda bukanlah titik berakhir-nya sebuah perjuangan tetapi wisuda adalah titik-titik lanjutan dalam proses mencapai tujuan akhir (tentulah setiap orang memiliki beragam perpektif tentang tujuan akhir ini). Satu kesepakatan adalah perjuangan tidak diakhiri dengan wisuda.
Prosesi wisuda merupakan sebuah pemberian tanggung jawab yang lebih besar atas apa yang telah dicapai-nya saat ini. Dalam keberhasilan ini terlahir "Noblesse Oblige" yaitu tuntutan atas tanggung jawab baru. Jikalau di-analog-kan dengan seorang petani, maka tanggung jawab yang dipikulnya adalah semakin luas-nya tanah garapan yang harus ia kelola. Itulah wisuda.
Wisuda bukan-lah akhir dari proses belajar dan pengembangan diri. Semua dari kita dituntut untuk selalu mengembangkan potensi yang ada dalam diri kita masing-masing. Meminjam teori manajemen pemasaran (yang agak-nya cocok), kita dapat mencoba mengurai apa yang menjadi "Noblesse Oblige" kita.
Teori marketing itu mengatakan bahwa untuk memenangkan kompetisi yang semakin hari semakin ganas trengginas, kita harus memiliki 3 (tiga modal) yaitu modal nilai (value equity), modal citra diri (brand equity) dan modal jejaring (relation equity). Marilah kita sedikit urai ketiga modal itu.
Modal Nilai (Value Equity)
Modal ini lebih mengarah kepada kemampuan substansial kita atau kompetensi yang kita miliki. Semakin kompenten kita (dalam bidang yang menjadi spesialisasi kita) maka kita memiliki modal nilai yang lebih besar. Untuk meningkatkan modal ini maka kita harus memiliki komitmen yang kuat untuk selalu mengembangkan diri dengan me-homeostasis dan ber-sibernetika. (lihat artikel homeostasis dan sibernetika). Komitmen yang kita bangun bukanlah komitmen yang biasa-biasa saya (according to book rule) tetapi harus "ruaaar" biasa.
Modal Citra Diri (Brand Equity)
Citra diri merupakan modal yang harus selalu kita kelola dengan bijak. Nilai minimal (bottom level) harus selalu kita naik-kan. Karena semakin dewasa kita dituntut untuk selalu memperbaiki peringkat bottom level ini. Jika tidak.... gawat! Citra diri ini harus dibangun dengan komitmen dan prinsip yang jelas, tegas dan konsisten. Jika tidak.... gawat! (lagi). Memang sulit, tetapi jika tidak, maka akan datang stigma kepada kita yang negatif. Dan jika ini terus berlangsung maka ber-konsekwensi pada ketiadaan orang yang simpati kepada kita. Dan untuk memulihkan citra diri yang terlanjur negatif, perlu waktu dan sulit-nya minta ampun.
Maka dengan kesadaran internal, perlu kita bangun citra diri yang positif.
Modal Jejaring (Relation Equity)
Modal ini perlu kita bangun terus menerus. Jejaring merupakan modal mutlak yang kita perlukan jika kita ingin berkembang (bahkan untuk "berkembang biak" kita perlu modal ini he he he). Memperluas per-hubungan dalam lingkungan pergaulan yang lebih luas menjadi amat penting bagi kita. Silaturahhim selalu membuka pintu rejeki. Untuk bisa mendapatkan modal jejaring yang bagus dan stabil (hubungan yang berkesinambungan) maka modal nilai dan modal citra diri yang baik adalah syarat mutlak. Jika tidak, maka itu adalah awal masalah.... karena orang akan kecewa kepada kita dan kinerja kita. Wah...... gawat!
Apakah "Noblesse Oblige" bagi Universitas?
Dalam konteks ini, universitas sebagai "produsen" wajib menyediakan layanan "purna jual" yang bagus dan bertangung jawab. Minimal perlu disediakan media komunikasi dengan alumni yang relatif baik dan kredibel. Media komunikasi yang bisa mempermudah lalu lintas informasi antara universitas dengan alumni. Penggunaan media internet menjadi sesuatu yang mutlak dan tidak berlebihan. Dalam website resmi universitas seharusnya disediakan layanan ini. Pemberian informasi yang dibutuhkan oleh alumni adalah bentuk tanggung jawab yang harus segera di-tanggung dan di-jawab, meskipun "lepas tangan adalah jalan paling ringan".
Wisuda bukanlah titik berakhir-nya sebuah perjuangan tetapi wisuda adalah titik-titik lanjutan dalam proses mencapai tujuan akhir (tentulah setiap orang memiliki beragam perpektif tentang tujuan akhir ini). Satu kesepakatan adalah perjuangan tidak diakhiri dengan wisuda.
Prosesi wisuda merupakan sebuah pemberian tanggung jawab yang lebih besar atas apa yang telah dicapai-nya saat ini. Dalam keberhasilan ini terlahir "Noblesse Oblige" yaitu tuntutan atas tanggung jawab baru. Jikalau di-analog-kan dengan seorang petani, maka tanggung jawab yang dipikulnya adalah semakin luas-nya tanah garapan yang harus ia kelola. Itulah wisuda.
Wisuda bukan-lah akhir dari proses belajar dan pengembangan diri. Semua dari kita dituntut untuk selalu mengembangkan potensi yang ada dalam diri kita masing-masing. Meminjam teori manajemen pemasaran (yang agak-nya cocok), kita dapat mencoba mengurai apa yang menjadi "Noblesse Oblige" kita.
Teori marketing itu mengatakan bahwa untuk memenangkan kompetisi yang semakin hari semakin ganas trengginas, kita harus memiliki 3 (tiga modal) yaitu modal nilai (value equity), modal citra diri (brand equity) dan modal jejaring (relation equity). Marilah kita sedikit urai ketiga modal itu.
Modal Nilai (Value Equity)
Modal ini lebih mengarah kepada kemampuan substansial kita atau kompetensi yang kita miliki. Semakin kompenten kita (dalam bidang yang menjadi spesialisasi kita) maka kita memiliki modal nilai yang lebih besar. Untuk meningkatkan modal ini maka kita harus memiliki komitmen yang kuat untuk selalu mengembangkan diri dengan me-homeostasis dan ber-sibernetika. (lihat artikel homeostasis dan sibernetika). Komitmen yang kita bangun bukanlah komitmen yang biasa-biasa saya (according to book rule) tetapi harus "ruaaar" biasa.
Modal Citra Diri (Brand Equity)
Citra diri merupakan modal yang harus selalu kita kelola dengan bijak. Nilai minimal (bottom level) harus selalu kita naik-kan. Karena semakin dewasa kita dituntut untuk selalu memperbaiki peringkat bottom level ini. Jika tidak.... gawat! Citra diri ini harus dibangun dengan komitmen dan prinsip yang jelas, tegas dan konsisten. Jika tidak.... gawat! (lagi). Memang sulit, tetapi jika tidak, maka akan datang stigma kepada kita yang negatif. Dan jika ini terus berlangsung maka ber-konsekwensi pada ketiadaan orang yang simpati kepada kita. Dan untuk memulihkan citra diri yang terlanjur negatif, perlu waktu dan sulit-nya minta ampun.
Maka dengan kesadaran internal, perlu kita bangun citra diri yang positif.
Modal Jejaring (Relation Equity)
Modal ini perlu kita bangun terus menerus. Jejaring merupakan modal mutlak yang kita perlukan jika kita ingin berkembang (bahkan untuk "berkembang biak" kita perlu modal ini he he he). Memperluas per-hubungan dalam lingkungan pergaulan yang lebih luas menjadi amat penting bagi kita. Silaturahhim selalu membuka pintu rejeki. Untuk bisa mendapatkan modal jejaring yang bagus dan stabil (hubungan yang berkesinambungan) maka modal nilai dan modal citra diri yang baik adalah syarat mutlak. Jika tidak, maka itu adalah awal masalah.... karena orang akan kecewa kepada kita dan kinerja kita. Wah...... gawat!
Apakah "Noblesse Oblige" bagi Universitas?
Dalam konteks ini, universitas sebagai "produsen" wajib menyediakan layanan "purna jual" yang bagus dan bertangung jawab. Minimal perlu disediakan media komunikasi dengan alumni yang relatif baik dan kredibel. Media komunikasi yang bisa mempermudah lalu lintas informasi antara universitas dengan alumni. Penggunaan media internet menjadi sesuatu yang mutlak dan tidak berlebihan. Dalam website resmi universitas seharusnya disediakan layanan ini. Pemberian informasi yang dibutuhkan oleh alumni adalah bentuk tanggung jawab yang harus segera di-tanggung dan di-jawab, meskipun "lepas tangan adalah jalan paling ringan".
(lenggang lenggang kangkung.... gemblelengan ..... lenggang lenggang ........)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar