mahasiswa dan merdeka 100%
Beberapa waktu lalu, saya bersama Bapak David Kaluge, SE., MSc., Ph.D (dosen FE Unibraw) dan ibu Dr. Indrawati Yuherlina, SE., M.Si., Ak (Dosen UPN Veteran Surabaya) di-dapuk menjadi juri dalam Final Lomba Karya Tulis Mahasiswa Tingkat Nasional di Universitas Brawijaya.
Paper yang dipanggil dalam final dan dipersentasikan hari itu sebanyak 10 paper dari PTN-PTN di Indonesia. Menarik sekali presentasi yang dilakukan oleh mahasiswa. Dengan tema "penanggulangan kemiskinan" mahasiswa mampu memberikan rekomendasi kebijakan yang seyogyanya dilakukan oleh pemerintah dan rekomendasi keterlibatan stakeholder yang lain dalam usaha penanggulangan kemiskinan itu.
Pendapat yang dikemukan, argumentasi yang dilakukan serta kritik dan rekomendasi yang dilakukan, bukan main hebatnya. Suasana-nya seperti MERDEKA 100% -nya Tan Malaka. Saya jadi iri dengan mereka, mahasiswa yang memiliki kemerdekaan 100% seperti itu.
Dalam balutan idealisme khas mahasiswa dan semangat anak muda, suasana presentasi begitu dinamis. Sebuah panggung ilmiah yang Merdeka 100%.
Mahasiswa dari salah satu PTN di Jakarta, menulis tentang konsep pemberlakuan visa bagi pendatang Jakarta. Untuk masuk ibu koto negara, menurut mereka harus ada mekanisme berupa sertifikasi sehingga yang masuk ibukota adalah mereka (orang-orang) yang memang benar-benar siap sehingga tidak membebani Jakarta.
Sebuah usul menarik, masalahnya Jakarta itu milik siapa (Jakarta kan ibukota negara) kok begitu sombong dan angkuhnya Jakarta mensyaratkan sertifikasi bagi pendatang-nya. Okelah terlepas dari kesombongan dan keangkuhan. Ingat, ini Indonesia Bung.... apa yang tidak bisa dilakukan di negara ini? Sertifikasi macam apa yang tidak bisa dibikin di negara kita? Ujung-ujungnya adalah terjadinya "jebakan birokrasi" yang akan menciptakan pasar gelap SERTIFIKAT.
Selain itu, terdapat pula mahasiswa yang menyoroti tentang Pedagang Kaki Lima, UMKM, Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir, Kinerja Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (bentukan pemerintahan SBY-JK, yang katanya kinerja kaya' komputer pentium 1), subsidi BBM dan lain-lain. Menarik semua, dan disampaikan dengan tabiat khas mahasiswa, MERDEKA 100%.
Saya benar-benar ngiri dengan mereka. Bahkan ada beberapa tim, setelah selesai presentasi dan diskusi dengan dewan juri, masih minta waktu untuk orasi. Indonesia harus dipimpin oleh pemuda, menyingkirlah hei... orang tua. (Ah... jadi kami dewan juri tersinggung juga, di forum itu kan yang sudah agak tua adalah dewan juri dan dosen pendamping masing-masing tim-tapi apa mereka juga terseinggung?).
Ajarilah kami... agar bisa MERDEKA 100% seperti Tan Malaka pernah inginkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar