Minggu, Maret 02, 2008

[bakul nasi] sistem moneter internasional


[bakul adalah istilah kami untuk menyebut bahan kuliah, terdapat beberapa macam 'bakulan' , ada "jahe" untuk aspek hukum dalam ekonomi-hukum bisnis, "paku" untuk pasar keuangan dan "nasi" untuk manajemen keuangan internasional]

Sistem Moneter Internasional

Pembahasan mengenai sistem moneter internasional akan mengantarkan kita untuk memahami perkembangan alat pembayaran secara internasional mulai dahulu sampai sekarang. Sistem moneter internasional telah mengalami perkembangan sebagai respon terhadap dinamika yang terjadi dalam masyarakat dunia. Kata Arnold Toynbe lakukan respon baru terhadap dinamika/tantangan baru. Dan sampailah pada sistem moneter internasional yang saat ini ada.

Zaman Emas
Emas adalah alat pertukaran "purba" yang telah dipakai sebagai alat pertukaran yang umum sejak zaman Firaun. Hal ini berlanjut sampai zaman Mercantile pada sekitar abad 19 silam (Hanafi, 2003). Mengapa emas dan bukan yang lainnya? Emas dipakai sebagai alat pertukaran karena emas memiliki sifat yang menguntungkan, yaitu : tahan lama, bisa disimpan, mudah dibawa, bisa dikenali dengan mudah, bisa dipecah kedalam satuan yang lebih kecil dan mudah distandardisir.
Disamping itu juga dikarenakan sifat emas yang tidak mudah berubah dari sisi penawaran (supply)- bergantung dari penemuan tambang dan biaya eksplorasi yang tinggi – sehingga pemerintah tidak akan gambang menambah "uang" dalam jangka pendek. Hal ini menyebabkan nilai emas relatif stabil.
Standar emas merupakan sistem yang menetapkan nilai uang berdasarkan emas. (Kuncoro, 2001 dan Hanafi, 2002). Pemakaian standar emas didorong oleh perdagangan yang semakin meningkat membuat kebutuhan sistem pertukaran yang lebih formal menjadi semakin terasa.
Standar emas memiliki ciri-ciri penting yaitu: (Kuncoro, 2001) (1) suatu negara yang menganut standar emas menetapkan nilai mata uangnya dalam nilai emas. Pemerintah menentukan harga emas dalam mata uangnya dan siap membelidan menjual emas pada tingkat harga itu (konvestibilitas dua arah antara mata uang domestik dan emas), (2) aliran impor dan ekspor emas diijinkan bebas (tanpa hambatan) antar negera, (3) otoritas moneter harus memegang cadangan emas dalam kaitannya dengan uang kertas yang dikeluarkan. Cadangan emas ini memungkinkan otoritas moneter untuk membeli dan menjual emas tanpa takut tidak dapat memenuhi permintaan masyarakat.
Standar emas dapat digambarkan dalam sebuah contoh sebagai berikut: Inggris menetapkan harga per ons emas sebesar 4.2474 poundsterling (tahun 1821) atau dapat dikatan bahwa 4.2474 poundsterling/ons emas. Dan Amerika Serikat menetapkan harga per ons emas sebesar US$ 20.67 (tahun 1834). Dari data ini maka dapat diketahui bahwa kurs (exchange rate) US$ terhadap Poundsterling adalah: US$ 4.867/Pounstering (US$ 20.67 dibagi dengan 4.2474 poundsterling).

Price Specie Flow Mechanism
Apa itu? Ialah suatu mekanisme penyesuaian kurs dalam standar emas. Mekanisme ini dapat digambarkan dalam sebuah deskripsi sebagai berikut:
Misalkan sektor non migas mengalami kenaikan produktivitas dalam perekonomian negara A. Dengan kenaikan produktivitas tersebut, barang non emas menjadi lebih banyak dan mengakibatkan turunya harga barang tersebut relatif terhadap emas, yang berarti turunya tingkat harga di negara A tersebut.
Turunnya tingkat harga menjadikan barang di negara tersebut menjadi lebih kompetitif. Ekspor akan meningkatdan impor akan turun. Neraca tersebut mengalami surplus neraca perdagangan. Meningkatnya neraca perdagangan berarti semkain banyak emas yang masuk ke negara tersebut, dan emas yang semakin banyak berarti meningkatkan jumlah uang yang beredar.
Akibatnya harga akan anaik dan membuat daya saing negara A menjadi berkurang. Ekspor akan turun dan impor akan naik. Negara tersebut kembali ke posisi keseimbangan.
Pada waktu yang sama, negara yang lain akan mengalami aliran emaskeluar (karena impor meningkat dan ekspor berkurang). Akibatnya jumlah uang yang beredar akan berkurang dan harga akan turun. Produk negara tersebut akan lebih kompetitif relaif terhadap produk negara A dan proses sebaliknya akan terjadi.
Pada kondisi keseimbangan final, tingkat harga di dunia akan lebih kecil dibandingkan sebelumnya karena semakin meningkatnya suplai barang (akibat naiknya produktivitas di negara A) relatif terhadap suplai emas. Kurs akan tetap sama. (Hanafi, 2002).

Sistem Penetapan Kurs
Mekanisme penentuan kurs bisa dikatagorikan menjadi beberapa kelompok: (1) mengambang bebas, (2) mengambang yang dikelola, (3) perjanjian zona target tertentu, (4) dikaitkan dengan mata uang lain, (5) dikaitkan dengan kelompok mata uang lain, (6) dikaitkan dengan indikator tertentu dan (7) sistem kurs tetap. (Hanafi, 2002)

Mengambang Bebas (Free/Clean Float)
Pada sistem ini, kurs mata uang dibiarkan mengambang bebas tergantung pada kekuatan pasar. Beberapa faktor yang mempengaruhi kurs akan digunakan oleh pasar dalam mengevaluasi kurs mata uang negara yang bersangkutan.

Mengambang Yang Dikelola (Managed/Dirty Float)
Sistem mengambang bebas mempunyai kerugian karena ketidakpastian kurs cukup tinggi. Ketidakpastian tersebut bisa menghambat perdagangan dan investasi asing. Sistem ini dilakukan melalui campur tangan Bank Sentral yang cukup aktif. Bank Sentral mempunyai tujuan tertentu dan kurs ideal yang tertentu, kemudian kurs bisa dibiarkan berfluktuasi dalam batas tertentu dari kurs ideal yang ditetapkan tersebut. Bank Sentral kemudian akan melakukan intervensi jika kurs yang terjadi diluar batasan yang telah ditetapkan.

Perjanjian Zona Target Tertentu
Melalui perjanjian ini, beberapa negara sepakat untuk menentukan kurs mata uangnya secara bersama dalam wilayah kurs tertentu. Sistem moneter Eropa yang dimulai bulan Maret 1979 merupakan contoh kerjasama semacam ini. Sepuluh negara sepakat menetapkan unit mata uang Eropa (European Currency Unit atau ECU). ECU merupakan mata uang gabungan yang terdiri dari mata uang negara anggota. Setiap nilai mata uang negara anggota dikaitkan dengan ECU. Kemudian kurs antar negara diturunkan dari kurs mata uang tersebut terhadap ECU. Negara anggota berjanji membatasi membatasi fluktuasi kurs-nya 15% (naik-turun). Jika melewati batas ini (bawah-atas) maka Bank Sentral negara yang bersangkutan akan melakukan intervensi.
Dikaitkan Dengan Mata Uang Lain

Sekitar 62 negara mengkaitkan nilai mata uangnya dengan mata uang lainnya. Sekitar 20 negara mengaitkan dengan dolar AS, 14 negara terhadap Franc Perancis dan lain-lain. Secara empiris sistem ini relatif sama dengan mata uang yang dikaitkan dengan emas (standar emas).
Dikaitkan Dengan Kelompok Mata Uang
Sekitar 21 negara mengaitkan mata uangnya terhadap mata uang lainnya. Kelompok mata uang tersebut biasanya terdiri dari mata uang partner dagang yang penting. Dengan kelompok semacam itu, nilai mata uang cenderung stabil. 2 negara mengaitkan mata uangnya dengan SDR (Special Drawing Right) dan 19 negara mengaitkan mata uangnya dengan kelompok yang dibuat sendiri.

Dikaitkan Dengan Indikator Tertentu.
Negara Chili dan Nikaragua mengaitkan mata uangnya terhadap indikator kurs rill efektif, kurs yang telah disesuaikan dengan inflasi terhadap partner dagang mereka yang penting.

Sistem Kurs Tetap
Dengan sistem kurs tetap, pemerintah atau Bank Sentral menetapkan kurs tertentu secara resmi. Kemudian Bank Sentral akan selalu melakukan intervensi secara aktif untuk menjaga kurs yang telah ditetapkan tersebut. Jika kurs resmi dirasakan sudah tidak lagi sesuai dengan kondisi fundamental ekonomi negara tersebut maka devaluasi atau revaluasi dapat dilakukan.

[selamat kuliah sahabatku mahasiswa]

Tidak ada komentar: