Selasa, April 01, 2008

ulang tahun kota malang ...




Ulang Tahun Kota Malang
Antara Must Be Done dan Can Be Done.

Saat ini, bertepatan dengan tanggal 1 April Kota Malang merayakan Ulang Tahun-nya yang ke-94. Serangkaian acara untuk merayakan ulang tahun ini telah dimulai awal Maret yang lalu dan akan diakhiri rangkaian-nya pada akhir Mei, sebuah pesta ulang tahun 3 bulan penuh. Entah berapa dana yang harus dikeluarkan demi sukses-nya hajatan multi-event ini. Kata Walikota Malang, Drs. Peni Suparto, MAP “pemerintah berkewajiban menyediakan ruang ekspresi bagi rakyat-nya dan rangkaian kegiatan ini sebagai media-nya” (wawacara dengan Citra Pro 3 FM).

Sebuah media yang absurd. Benarkah rangkaian kegiatan itu merupakan media ekspresi rakyat atau-kah malah merupakan media presentasi diri pejabat? Atau dengan kalimat lain sambil menyelam minum air. Terlebih dengan agenda pilkada yang sudah menjelang, maka praduga menyelam minum air menjadi sesuatu ke-“jamak’-an sebuah pendapat. Memang sulit dipisahkan antara Ulang Tahun Kota Malang, Walikota Drs. Peni Suparto, MAP dan Calon Walikota Malang Drs.Peni Suparto, MAP (yang diusung PDI-P untuk pilkada mendatang dan seorang incumbent). Sebuah keuntungan politis yang melekat pada-nya karena bisa memposisikan diri sebagai walikota dan dilain sisi sebagai calon walikota (dalam setiap tampilan-nya) vice versa.

Masalah lain-nya adalah apakah sejumlah mata acara dalam rangkaian ulang tahun ini sudah pada frame “must be done” atau hanyalah terbingkai dalam frame “can be done”? Ditengah masyarakat yang masih “kesrakat” secara ekonomi masih relevan-kah menghamburkan uang untuk sebuah pesta ulang tahun? Bijak-kah melakukan hura-hura ditengah huru hara dan haru biru kelangkaan minyak tanah, elpiji dan melambung-nya harga-harga yang mencekik masyarakat? Dimana compassion dan empathy pemerintah terhadap penderitaan rakyat? Apakah kesederhaan sebuah pesta megurangi ke-bermakna-an sebuah ulang tahun? Tidak-kah rangkaian kegiatan ini men-ciderai rasa keadilan masyarakat? Rasional-kah hura-hura ini disaat realisasi belanja pembangunan tersedot 45.87% (tahun 2007) untuk belanja aparatur daerah dan sisa-nya untuk pelayanan publik? (advetorial pemkot Malang di Kompas 1 April 2008).

Biarlah pertanyaan-pertanyaan itu mencari jawaban-nya sendiri, biarkan pertanyaan berlarian pontang-panting menemukan jawaban di setiap relung kesadaran atau biarkan pula pertanyaan-pertanyaan ini menemukan nasib-nya sendiri (amor fati) serta biarkan pula pertanyaan itu menyadari bahwa “the end justifies the means” (tujuan menyucikan cara). Seandainya bisa, saya ingin pertanyaan itu menjadi marka jalan atas Acverdo Humanitario (jalan kemanusiaan) kita. Tampak-nya tidak mungkin, tetapi ketidakmungkinan adalah sesuatu yang harus dilawan. (waduh… jadi semakin binggung nih…. melawan ketidakmungkinan atau tidak mungkin melawan……………). Ya sudah…. pokok’e:

“SELAMAT ULANG TAHUN KOTA MALANG”
Arthur B. Sylvester pernah mengatakan bahwa "kebohongan adalah hak yang melekat pada penguasa untuk membela diri".

Tidak ada komentar: