Jumat, April 18, 2008

hyperactive professionalism dalam unas


Hyperactive Professionalism Dalam Unas


Hari-hari ini merupakan hari yang "mencemaskan dan mendebarkan" bagi pelajar yang akan menjalani ujian akhir nasional minggu depan. Tidak hanya dirasakan oleh mereka tetapi oleh orang tua-nya pula. Bahkan "kecemasan yang mendebarkan" dari orang tua ini lebih dasyat dari yang dirasakan anak anak mereka.

Ditengah himpitan ekonomi dengan "cekik-an" kenaikan harga-harga barang dan langka-nya minyak tanah dan elpiji para orang tua harus mengalami himpitan hati karena ketakutan dan kekhawatiran anak-nya tidak lulus ujian. Ketakutan dan kekhawatiran yang beralasan karena beberapa kali try out hasilnya mengecewakan. Ujian ini tidak hanya ujian bagi pelajar-pelajar saja tetapi juga merupakan ujian mental yang dasyat bagi para orang tua.

Temperatur kecemasan dan sekaligus diiringi oleh naik-nya tekanan darah bagi orang tua merupakan keharusan yang harus diterima oleh mereka. Bagi orang tua yang memiliki kemampuan ekonomi dan daya beli yang baik, mereka bisa me-reduksi kecemasan itu dengan mengikutkan anak-nya pada bimbingan-bimbingan belajar atau bahkan mendatangkan guru privat untuk anak-nya di rumah. Tetapi bagi orang tua kebanyakan yang tidak mampu secara ekonomi jangankan mengikutkan kursus ........... mereka hanya bisa tidur dalam gelisah. Sebuah ketakberdayaan.

Dalam persepektif yang lain, ujian akhir nasional ini juga diwarnai oleh pelangi-pelangi politik. Pakde Karwo yang menjabat Sekretaris Daerah Provinsi Jatim sekaligus Cagub menampilkan foto-nya dalam buku petunjuk UAN yang dibagikan kepada para pelajar. Di Malang, Drs. Peni Suparto, M.AP, Walikota sekaligus Calon Walikota menampilkan wajah-nya dalam buku UAN yang dibagikan dalam try out yang diselenggarakan oleh sebuah partai politik. Kedua kejadian ini menjadi kontroversi. Pro dan kotra lahir menyertai kontroversi ini. Dalam konteks ini UAN bisa menjadi media menarik simpati bagi para calon kepala daerah. Dalam konteks yang lain Wakil Bupati Kabupaten Malang Rendra Kresna juga mengancam Kepala Dinas Pendidikan-nya untuk di-copot jika hasil UAN mengecewakan. UAN layak-nya sebuah pertaruhan.....

Dalam "angel" yang lain pula, fenomena UAN juga melahirkan kegiatan-kegiatan spriritual yang masif. Masjid Jami' Kota Malang beberapa waktu yang lalu telah menyelenggarakan istiqosyah yang diikuti oleh pelajar dan sekaligus orang tua pelajar. Di Kota Kepanjen dan banyak kota yang lain juga dilakukan kegiatan serupa. Kecemasan, kekhawatiran dan ketakutan mendorong mereka untuk mencari dan menghadap Tuhan-nya. Sebuah anomali sikap, jika nanti saat pengumuman kelulusan, bukan sujud syukur yang dilakukan tapi KONVOI!!!

Dalam teori kriminologi terdapat teori psikiatrik kriminologik yaitu teori yang mengatakan bahwa "ancaman terhadap pencapaian cita-cita masa depan akan menyebabkan perilaku menyimpang (kejahatan). Baskara (2008). UAN bagi sebagian orang adalah sebuah ancaman terhadap "pencapaian cita-cita", sehingga sangat dimungkinkan terjadinya kejahatan atas-nya. Hal ini membuat BNSP sebagai penyelenggara UAN melibatkan aparat kepolisian dan Tim Pemantau Independen dalam pelaksanaan UAN. Itupun, tahun yang lalu UAN masih diwarnai perilaku-perilaku menyimpang dalam pelaksanaan-nya. Ada seorang kepala sekolah yang "berani karena goblog" mencuri soal ujian, demi anak didik atau demi diri-nya sendiri. Sehingga seringkali terjadi "the end justifies the means" (tujuan menyucikan cara). Wilardjo (2008).

Sehingga, kadang saya berpikir apakah UAN memang diperlukan? haruskah UAN? apakah UAN tidak hanya sebagai Hyperactive Professionalism yang merupakan "usaha maksimal melaksanakan tujuan jangka pendek tanpa orientasi jangka panjang"? hanya proyek-kah?

(kemarin saat saya ngopi di sebuah warung pingir jalan, ada rombongan pelajar SMA yang akan UAN, mereka mengatakan UAN..COK!!! )

mudah-mudahan berhasil sobat!!!!

Tidak ada komentar: