Kamis, April 03, 2008

[makalah] komunikasi cerdas ....



Komunikasi Cerdas
: Sebuah Kebutuhan “Primer” Bagi Kita

(makalah yang akan disajikan dalam LKMM Badan Eksekutif Mahasiswa FE Universitas Negeri Malang, Sabtu, 5 April 2008 di Aula Utama A3)


Kemampuan berkomunikasi telah diterimakan kepada manusia sejak kelahiran-nya. Tangisan pertama kali saat ia “terdampar” di dunia sudah “layak” untuk dimasuk-kan dalam pengertian komunikasi. Tangisan sebagai salah satu bentuk “pesan komunikasi” akan berujung pada respon yang diberikan oleh orang-orang di sekeliling-nya. Baik itu orang tua, dokter yang menolong proses persalinan-nya dan sebagai-nya.

Ragam respon atas pesan yang sama itu (tangisan bayi) merupakan hal yang wajar dalam proses komunikasi. Tergantung kepada kepentingan dan tingkat wawasan serta kedewasaan seseorang. Respon dokter dan orang tua si bayi mungkin berbeda karena kepentingan yang berbeda pula. Orang tua merasakan kebahagiaan penuh atas kepercayaan Tuhan dan mungkin sekaligus kegelisahan karena harus membayar biaya persalinan yang mahal dan si dokter mungkin akan ber-ekspresi agak lain meskipun juga “bahagia”.

Pun demikian, seiring dengan berputar-nya waktu kemampuan berkomunikasi si bayi ini juga mengalami perkembangan. Tidak hanya berupa “tangisan” tetapi sudah mulai secara verbal non verbal dengan men-“jejak-jejak”-kan kaki dan semacam-nya. Semakin lama semakin lengkap-lah kemampuan komunikasi yang ia miliki, sudah bisa “ngomong” dan ber-ekspresi secara verbal dengan lebih baik.

Setelah dewasa, si bayi itu, akan memiliki kemampuan komunikasi yang tidak hanya lengkap tetapi juga semakin canggih. Ia sudah punya maksud, tujuan dan kepentingan yang tersembunyi (hidden interest) selain maksud, tujuan dan kepentingan yang tidak tersembunyi. Tentulah si “bayi besar” itu akan berkomunikasi dengan cara yang berbeda dan mungkin media yang berbeda untuk “yang tersembunyi” dan “yang tidak tersembunyi”. Perkembangan ini seiring dengan kemampuan untuk memaknai pengaruh dari sebuah komunikasi yang akan atau telah dilakukan-nya.

Mengapa harus ber-komunikasi?
Komunikasi merupakan pembeda yang jelas dan tegas antara hidup dan mati. Setiap yang hidup pasti ber-komunikasi (seperti: bunga layu ketika lama tidak disiram, “layu” adalah sebuah pesan komunikasi) dan yang mati pastilah sudah tidak memerlukan komunikasi lagi. Dan manusia yang masih hidup merupakan makhluk yang dikarunia Tuhan sebagai makhluk yang “banyak mau”-nya. Dan komunikasi merupakan jalan untuk “mendistribusikan” kemauan-nya itu kepada manusia yang lain. Jika tidak ada distribusi kemauan, ya itulah kematian. Sehingga dapat dikatakan bahwa komunikasi diperlukan sebagai media distribusi “kemauan” manusia terhadap manusia lain.

Pemaknaan Atas Komunikasi
Bebarapa ahli memberikan definisi komukasi sebagai proses pengiriman pesan/informasi kepada pihak lain untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai sebuah proses maka komunikasi memiliki sifat dinamis. Dalam proses itu mencakup beberapa pentahapan, yaitu pengirim pesan “kepingin” mendistribusikan pesan-nya kepada pihak lain. Pihak lain ini dapat disebut sebagai penerima pesan. Distribusi pesan itu dilakukan melalui “saluran distribusi” yang ditetapkan sehingga sampai kepada penerima pesan. Dan proses itu dilanjutkan dengan lahir-nya reaksi oleh penerima pesan atas pesan yang diterima-nya. Atau dapat dikatakan bahwa proses komunikasi adalah proses aksi – reaksi, yang proses itu bisa terus ber-spiral.

Dalam komunikasi terdapat lima unsur penting (Harold Laswell dalam Fikri (2007), yaitu who (komunikator), says what (pesan), to whom (komunikan), in which channel (media) dan with what effect (umpan balik). Kelima unsur ini saling ber-taut dalam proses ber-komunikasi. Proses komunikasi itu pada dasar-nya adalah “menjalankan atau mengarak” pesan, dari komunikator kepada komunikan. Umpan balik yang diharapkan oleh komunikator merupakan tujuan dari komunikasi itu. Sehingga dapat dikatakan bahwa umpan balik merupakan “produk” dari proses komunikasi atau dengan kata lain bahwa komunikasi adalah proses produksi “umpan balik”.

Tujuan Komunikasi
Secara garis besar, terdapat dua tujuan komunikasi, yaitu: Pertama, komunikasi dilakukan supaya komunikan mengetahui (informative objective) dan Kedua, komunikasi dilakukan supaya komunikan tidak hanya mengetahui tetapi tergerak untuk melaksanakan (persuasive or instructive objective). Kedua tujuan ini akan menentukan media dan srategi komunikasi yang akan dilakukan. Analog-nya jika kita mau ke Surabaya, maka kita bisa memilih naik kendaran pribadi atau kendaraan umum. Jika ingin tujuan ini tercapai maka unsur komunikasi harus diperhatikan dan di-desain sesuai dengan tujuan.

Who (Komunikator)
Sebagai pemberi pesan, maka komunikan harus mengerti dan memahami tentang substansi pesan yang akan disampaikan. Penguasaan atas materi (substansi) akan memberikan banyak kesan positif dari proses komunikasi yang dijalankan. Anda bisa membayangkan, jika ada seorang yang tidak paham tentang kalkulus sama sekali (atau setengah-setengah) dan ia harus menjelaskan tentang kalkulus, kira-kira apa yang akan terjadi? Disamping menguasai secara substansial, komunikan harus mengetahui, memahami dan memiliki ketrampilan dalam menggunakan media komunikasi yang akan dipilih, baik itu media primer (orality) atau media sekunder (literacy). Jika tidak, apa sekira-nya yang bakal terjadi?

Yang harus pula dicermati oleh komunikator adalah mengetahui keadaan komunikan. Kharakteristik ini perlu diperhatikan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan gaya, pilihan kata dan bahasa serta media. Jika memungkinkan, bentuk dan tujuan komunikasi tertentu memerlukan “potret” budaya atas komunikan. Pepatah “lain lubuk lain belalang” relevan dipakai dalam konteks ini. Jika kharakteristik ini di-tabrak saja, maka komunikasi yang dilakukan tidak-lah efektif.

Says What (Pesan)
Sebuah pesan yang akan mendapatkan respon positif jika pesan itu memang dibutuhkan oleh komunikan. Pesan yang memang sudah di-ingin-kan “kehadiran”-nya. Selayak-nya sebuah produk, kemasan atas pesan juga harus diperhatikan. Sebuah kemasan yang menarik akan menentukan keberhasilan komunikasi. Jika kemasan sudah diperhatikan maka cara “penyajian”-nya juga harus dipertimbangkan. Kemasan dan cara penyajian yang baik, akan meng-konversi “ke-enganan” komunikan untuk merespon sebuah pesan menjadi kesenangan meskipun pesan itu sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan.

to Whom (Komunikan)
Setiap komunikan punya kharakteristik. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan terkait dengan komunikan,yaitu: budaya, etnosentrime (rasisme), prasangka dan stereotif. (Fikri, 2007). Dalam budaya terdapat tatanan nilai yang hidup dalam suatu masyarakat. Nilai-nilai itu harus sudah teridentifikasi dan dipahami sebelum komunikasi dilakukan. Etnosentrisme (rasisme) yang masih ada juga harus diidentifikasi, misal-nya pada sebuah masyarakat tertentu terdapat kecenderungan untuk tidak mau menerima “semua”informasi yang berasal dari komunikator yang berasal dari komunitas tertentu (masyarakat desa VS masyarakat kota). Prasangka juga harus pula dijernihkan sebelum komunikasi berlanjut lebih jauh dan stereotif yang masih hidup dalam masyarakat komunikan juga harus diperhatikan pula.

In Which Channel (Saluran/Media)
Per teori terdapat beberapa saluran/media komunikasi, yaitu: saluran primer dan saluran sekunder. Saluran primer merupakan saluran komunikasi yang menuntut adanya tatap muka langsung antara komunikator dengan komunikan. Pilihan atas saluran ini memiliki keunggulan dan sekaligus memiliki kelemahan. Sedangkan saluran sekunder merupakan saluran komunikasi yang tidak menuntut tatap muka lansung. Komunikasi melalui saluran ini dapat berlangsung melalui televisi, media cetak, surat konvensional atau-pun elektronik, website dan lain-lain. Sama dengan saluran primer, saluran sekunder-pun memiliki kelamahan dan keunggulan.

Kelemahan dan keunggulan pilihan atas saluran komunikasi dikaitkan dengan tujuan yang ingin dicapai (informatif atau-pun persuasif) merupakan pekerjaan yang harus sudah tuntas sebelum komunikasi dilakukan. Kesalahan dalam pertimbangan ini akan memberikan konsekuensi yang fatal.

Disamping itu, terdapat juga sebagian ahli komunikasi yang memberikan pemilahan saluran komunikasi menjadi 2 hal yang lain, yaitu: Orality dan Literacy. Orality terkait dengan saluran komunikasi dengan melibat-kan instrumen suara sedangkan Literacy dengan pelibatan simbol-simbol yang bermakna (tulisan dan lain-lain). Tetapi dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) maka saluran-saluran komunikasi tidak bisa dipilah-pilah secara konvensional karena dalam praktek akan lahir saluran komunikasi baru atau saluran komunikasi penggabungan dari primer-sekunder-orality-literacy. Kita ikuti saja perkembangan-nya!


with What Effect (Respon/Umpan Balik)
Respon atau umpan balik dari sebuah komunikasi merupakan titik penting yang harus dicapai oleh kemunikator sesuai dengan tujuan-nya. Ada 2 tujuan komunikasi, yaitu: komunikan mengetahui dan komunikan melaksanakan. Tujuan komunikasi dengan target “mengetahui” tidak berarti hanya sekedar komunikan “tahu” tetapi lebih kepada terciptan-nya kondisi “paham”. Sehingga format komunikasi yang dibangun haruslah memperhatikan derajad pemahaman komunikan atas informasi. Untuk mencapai tujuan komunikasi dalam hal “melaksanakan” tentulah harus dimulai dari keadaan “tahu” kemudian “paham” dan selanjutnya secara sadar”melaksanakan”. Derajad dari tujuan komunikasi inilah yang perlu disikapi dengan baik, sehingga cara, strategi dan media komunikasi yang dipilih efektif bagi tercapai-nya tujuan komunikasi yang telah ditetapkan.

Ekspresi komunikan sebagai respon atas komunikasi harus juga mendapatkan perhatian dari komunikator. Ekspresi yang dilakukan oleh komunikan merupakan indikator awal dari sukses tidak-nya komunikasi yang dilakukan. Sehingga ekspresi atas respon ini dapat digunakan sebagai bahan untuk melakukan perbaikan-perbaikan cara, strategi dan media komunikasi. Dan proses ini akan terus berlanjut ber-spiral terus menerus.

Komunikasi VS Negoisasi
Secara prinsip, komunikasi dan negosiasi tidak bisa terlepas dalam setiap gerak manusia. Selalu, manusia terlibat secara aktif maupun pasif (langsung atau tidak langsung) dalam proses komunikasi dan negosiasi. Sehingga, keberadaan 2 hal ini haruslah dipahamai agar kita dapat memasuki aras kehidupan yang baik dan ber-martabat.

Komunikasi dan negosiasi merupakan sebuah subset, dimana dalam komunikasi terdapat bagian negosiasi dan sebaliknya setiap negosiasi tidak terlepas dari kominikasi. Komunikasi merupakan pengiriman informasi, negosiasi adalah pengiriman argumentasi sehingga benar bahwa merupakan merupakan suatu subset.

Manusia pada prinsipnya adalah penjual dengan komoditas yang didistribusikan adalah ide, gagasan, maksud baik, kehendak, kemauan, wacana, ambisi dan lain-lain. Untuk dapat mewujudkan itu semua manusia perlu melakukan komunikasi dan negosiasi. Sehingga diperlukan kemampuan atau ketrampilan untuk berkomunikasi dan ber-negosiasi dengan baik.

Kunci Sukses Komunikasi
Barlo dalam Fikri (2007) mengatakan bahwa kunci sukses komunikasi adalah SMCR (sources, messges, channel, receiver). Untuk efektivitas diperlukan kemampuan berkomunikasi, sikap, pengetahuan sistem sosial dan kebudayaan. Dan yang harus pula dipahami bahwa kemampuan berkomunikasi merupakan proses up grading terus menerus, sehingga setiap waktu kita harus mengasah kemampuan itu, baik secara orality maupun literacy.

................. Selamat Berkarya...................
selalu harus ada Action in Factum (langkah nyata)

Tidak ada komentar: