Senin, Mei 05, 2008

labor ipse voluptas


Labor Ipse Voluptas
: bekerja itu menyenangkan


Bulan Mei selalu diawali dengan Hari Buruh. Orang sering menyebutnya dengan May Day. Hari yang selalu diikuti dengan kegiatan demontrasi yang dilakukan oleh para buruh. Mereka menyuarakan tuntutan-nya yang masih tetap berputar dalam kisaran perbaikan pengupahan dan iklim kerja. Buruh-buruh mengarak aspirasi-nya ke ruang-ruang publik. Tetapi ... hampir semua aksi yang dilakukan oleh buruh tidak sampai menimbulkan kekacauan seperti yang dicemaskan oleh banyak orang.

Aksi buruh yang sebagian besar simpatik ini, dicuri perhatian-nya oleh pelaksanaan muktamar luar biasa PKB (-nya Gus Dur dan -nya Cak Imin). Media massa menfokuskan perhatian mereka kepada 2 agenda MLB yang tampak tidak simpatik ini. Aksi buruh yang simpatik malah hilang dari prioritas pemberitaan. Sehingga harap maklum jika buruh menjadi iri hati dengan PKB. PKB ini lho, kok ya melakukan unjuk gegeran kok ya pas Hari Buruh.... Buruh sekali lagi menjadi tidak menarik.

Betapa krusial-nya posisi buruh dalam sebuah sistem ekonomi. Mereka yang menggerakkan roda ekonomi. Seandainya mereka sepakat untuk mogok kerja sehari saja, alangkah puyeng-nya tuan-tuan pengusaha itu. Sebalik-nya juga alangkah betapa puyeng-nya tuan-tuan buruh ini di PHK oleh tuan pengusaha. Jadi semua dalam posisi yang memiliki keterkaitan ke-puyeng-an meskipun dengan derajad dan intensitas yang berbeda.

Buruh merupakan sebuah penamaan yang relatif tidak terdengar bagus ketika kita mendengarkan. Meskipun kata buruh memiliki makna yang berlaku universal. Sebuah penamaan khas proletar-borjuis. Sehingga kami selalu menyebut "si mbak" untuk seorang yang menolong saya dengan membantu membersihkan rumah, memasak, mencuci dan tetek bengek lain-nya. Ia menjadi krusial dalam rumah saya terlebih ketika "si istri, ibuk-nya alam" tidak ada di rumah.

Pas.... hari buruh kemarin, "si mbak" ini minggat, pergi tanpa pamit. Tanpa pesan apapun yang ia tinggalkan. Kejadian ini membawa konsekuensi semua pekerjaan yang beberapa waktu lalu dilakukan oleh "si mbak" harus saya lakukan sendiri. Akhir-nya sebuah ke-puyeng-an lahir dalam diri saya. Waduh..... capek juga mengantikan peran "si mbak" ini. Sehingga ketika saya membaca artikel tentang buruh dan ada kalimat "Labor Ipse Voluptas" yang memiliki makna "bekerja itu menyenangkan" saya menjadi tersinggung, "apa-nya yang enak dari mencuci, nyapu, ngepel dan korah-korah???".

....... sehingga lahirlah lagi dalam diri saya sebuah kesadaran untuk menjadi lebih menghargai, menghormati dan senantiasi memaklumi hasil kerja "si mbak si mbak" ini.......
emang-nya enak korah-korah.......... rasain!!!

Tidak ada komentar: