Rabu, Mei 07, 2008

kebangkitan nasional vs kebangkitan harga BBM


Kebangkitan Nasional VS Kebangkitan Harga BBM

Peringatan 100 tahun kebangkitan nasional sebentar lagi akan kita rayakan. Suasana penyambutan telah terasa juga degup detak-nya. Bahkan jauh hari untuk merayakan kebangkitan nasional ini, Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang (UM) telah mengelar beragam event, ya olahraga... ya seni dengan beragam variasi ekspresi. Di tataran yang lebih me-nasional, telah banyak agenda-agenda penyambutan yang dilakukan. Diskusi, seminar, bedah buku dan semacam-nya telah ramai dilakukan dengan topik yang beragam tetapi tetap dalam derap kebangkitan nasional Indonesia.

Momentum 100 tahun kebangkitan nasional ini sangat sah dan baik untuk dijadikan sebagai tonggak untuk memulai langkah perbaikan yang lebih mantab dan cepat. Bisa pula dijadikan sebagai garis start untuk memulai langkah nyata untuk membangkitkan Indonesia. Kebangkitan yang ditunggu-tunggu oleh segenap rakyat Indonesia. Bukan hanya konsep usang tentang "tinggal landas" tetapi kebangkitan yang berkemakmuran dan berkeadilan. Waduh ... apakah ini tidak hanya sebuah utopia semata dan sebuah fenomena "menungu godot" yang tak kunjung datang???. Kalau ada lagu Porong Ajur suatu saat mesti dibuat lagu Indonesia Ajur. Salah satu lirik lagu tersebut adalah: "ajur-ajur kabeh, Kota Porong ajur kabeh, lumpur-lumpur panas, keno lumpur panas Kota Porong ajur kabeh".

Tepat 20 Mei 2008 adalah saat 100 tahun kebangkitan nasional itu. Kalau pemerintah kita kesulitan mencari waktu kapan BBM akan dinaikkan, menurut saya gunakan saja waktu itu. Sehingga tidak hanya Kebangkitan Nasional saja tetapi Kebangkitan Harga BBM juga. Pas!!! Dan pastilah kebijakan itu akan melahirkan Sambat Nasional di Hari Kebangkitan Nasional. "ajur-ajur kabeh, Indonesia ajur kabeh..........................".

Bagi Lik Sipan (tetangga saya yang tidak mengenal huruf) tidak pernah ada kebangkitan nasional, memang Indonesia pernah bangkit tapi Lik Sipan tidak pernah bangkit. Bagaimana mau bangkit... jika belum sadar atas "pukulan" sebelumnya sudah dipukul lagi dengan "pukulan" yang dahsyat. Dahsyat-nya lagi yang memukul pemerintah-nya sendiri. Maka KO-lah ia cukup pada hitungan ke-1 (dan tidak perlu sampai hitungan ke-10). Saya? Yah... mungkin juga akan KO tetapi hitungan ke-7 lah ......
Bagi Lik Sipan tidak penting merayakan kebangkitan nasional, bagi dia yang lebih membahagiakan adalah adanya "kebangkitan lokal" saat ia berdua dengan istri yang sangat dikasihi-nya. Sempurna!!!

"sel kesel kesel kabeh, lik sipan kesel kabeh..."
(oh ya, jika anda pingin lihat dan dengarkan lagu Porong Ajur bisa lihat di http://www.youtube.com/watch?v=bTUhsw0tPrQ&feature=related)

Tidak ada komentar: