Dalem Yah .... Bosen Yah ....
St. Ahmad Abdi Raja Semesta Alam anak saya yang saat ini berumur 6 tahun 8 bulan dan tengah bersekolah di SDI Sabilillah selalu memberikan bahan sekaligus suplemen bagi saya untuk selalu bersemangat dalam menjalani segalanya. Setiap hari selalu ada saja yang baru pada ucapan dan tingkah-nya. Ke-baru-an yang banyak berasal dari proses imitasi yang ia lakukan terhadap guru maupun teman-teman-nya. Juga ada yang hasil dari imitasi dari ayah-nya.
Kemarin gaya bertutur-nya agak lain dari biasanya, seringkali ditengah bertutur ia meletakkan telapak tangan di mulut-nya. Saya perhatikan saja, dan saya ingat-ingat teman-teman sekolahnya, kira-kira siapa yang lagi ditiru oleh si Alam ini? Dan saya berani menyimpulkan, ia adalah Aldien. Ya... Alam lagi meng-imitasi Aldien. Beberapa waktu yang lalu, Alam juga telah meng-imitasi gurunya, yaitu Bu Muttmainah dan Pak Syaichu ketika belajar di rumah dengan menulis di whiteboard kecil milik-nya.
Satu perubahan sikap dan tutur lagi yang saat ini lagi hangat-hangat-nya dilakukan oleh Alam adalah selalu mengatakan "dalem" jika dipanggil. Ketika saya memanggil-nya maka ia selalu menjawab "dalem Yah...". Saat ia tidak jelas mendengar dengan jelas apa yang saya ucapkan Alam juga selalu berkata "dalem Yah...". Demikian pula jika ia dipanggil oleh ibuk-nya melalui telpon... "dalem Bu...., ibuk lagi ngapaian???". Apakah "dalem" ini hasil imitasi, saya mengira kok tidak, tetapi hasil infiltrasi adab yang dilakukan oleh guru-nya.
Mulai tadi pagi, saya kok kaget juga ketika alam bisa bernyanyi lagu-nya Cak Dikin Tragedi Tali Kutang .... "dek biyen wis tak tukokke/ wujud tali sak kutange/ saikine lha kok ilang sak slirane/ lungo menyang endi tanpo pamit ra ngabari/ opo lali kowe karo aku iki....". Lho Alam kok bisa?? Ternyata itu hasil dia meng-imitasi ayah-nya yang sering melantunkan lagu Cak Dikin ini. Hasil akhirnya Alam bertanya " Yah... "kutang" itu apa???
Itulah yang bisa dilakukan oleh anak seusia Alam, kemampuan dia untuk melakukan imitasi menuntut kita sebagai orang tua harus berhati-hati dalam bersikap dan bertutur. Jika tidak, maka jangan heran jika anak kita akan bersikap dan bertutur seperti yang kita lakukan. Sehingga keteladanan merupakan hal yang teramat mutlak yang harus selalu diperlihatkan. Inilah masalah yang paling krusial. Tidak gampang untuk menjadi teladan!!
Dalam tataran yang lebih luas (dari hanya persoalan Alam dan Ayah-nya), kita miskin keteladan. Negara kita juga mengalami krisis seperti ini. Sehingga apa lacur, rakyat Indonesia (termasuk saya) juga meng-imitasi kelakukan para pemimpin-nya itu. Memberikan teladan tidak mudah seperti "hanya" memberikan sebuah nasehat. Keteladan menuntut konsistensi. Ngomong sih gambang....
Lha kembali kisah tentang Alam, ketika saya menyajikan sarapan untuk Alam kemarin, saya juga kembali terkejut... "Bosen Yah..." saat ia melihat di meja terhidang mie instant kuah. Lagi ... lagi dan lagi .... pikirnya. "Bosen Yah...". (memang sejak si mbak minggat, menu sarapan agak kacau, melulu mie-mie dan mie). Apakah "Bosen Yah..."juga merupakan hasil imitasi, saya berpikir kok tidak. Kalau begitu apa? Ya karena Alam memang sudah bosen, tiap hari dikasih makan mie instant kuah.
Satu lagi tentang apa yang sering di-ucapkan Alam, "ayah tidak merokok lagi lho, nanti sakit!!!". Kalau itu sih, 100% saya yakin bahwa itu hasil imitasi dari ibu-nya. Ya kan Dik Tiwi???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar